Cinta Yang sempurna
Jika anda baru memasuki blog ini, baca part sebelumnya klik disini
Saat beristirahat setelah mengantar Cindy aku sangat lelah dan membutuhkan air minum, sayangnya daypack yangku bawa sekarang hanya berisi botol kosong. Akupun menunggu temanku yang lain sembari beristirahat dan berharap rombonganku masih menyimpan persediaan air.
Ternyata harapanku berbeda dengan kenyataannya, teman temanku juga sudah mencariku ke atas untuk meminta air minum padaku. Ah sudahlah saat itu kami tahan dahaga kami dan melanjutkan perjalanan, kami bertanya pada pendaki yang sedang turun "mas puncaknya masih jauh?" ucap ku, " itu mas dibalik batu yang besar diatas itu, itu puncaknya, dikit lagi ko. Ayok semangat!" balas seseorang itu. Kamipun memaksa kan diri melanjutkan perjalanan dengan keadaan kehausan, untungnya fisik kami bisa dikatakan masih kuat sehingga masih mampu menahan diri. 20 menit kemudian akhirnya kami sampai di puncak, "arghhhhhhhhh," aku kembali berteriak dengan lebih keras dan kali ini air mataku benar benar jatuh, semua rasa dahagaku hilang seketika melihat pemandangan dari atas PUNCAK ABADI PARA DEWA itu, saat sampai aku langsung bersujud ke arah barat sembari meneteskan air mata.
Kami berphoto ria diatas sana, saat sudah merasa cukup berphoto sayapun kembali mengeluarkan buku diary saya dan kembali menuliskan curahan hati saya "Ketika didunia sana terkagum kagum dengan gedung gedung tinggi yang dibuat oleh manusia, mereka benar benar bodoh!,tidakkah mereka bandingkan gedung gedung tinggi itu dengan gunung gunung ciptaan tuhan?tidakkah mereka berpikir bagaimana gunung gunung itu ditancapka? " tulisku dengan penuh emosi dihati.
Setelah menulis beberapa curahan hati aku kembali teringat dengan cindy yang aku temui dibawah tadi, aku kemudian mencarinya diantara pendaki pendaki lain dipuncak.
Saat mulai mencari, Raga ini tiba tiba terdiam, mata ini terasa tak ingin berhenti memandang, detak jantung pun mulai tidak beraturan. baru saja aku akan mulai mencari ternyata dia ada beberapa meter didepanku dan memanggil namaku "ojee, haii" sapaan nya dari kejauhan , dia menghampiri ku dengan perlahan, dia berjalan perlahan dengan hijab yang tertiup menambah keelokan parasnya. Kami pun bercengkrama menceritakan perjalanan kami masing masing untuk sampai disini, canda tawa muncul dari mulutku dan membuat dia tertawa, makin indah saja dia ketika bahagia. Sayangnya tidak lama saat kami bercengkrama, cindy harus kembali turun bersama kakanya karena memang dia sudah cukup lama berada dipuncak. Kecewa memang kuungkap dalam hati, langsung terlintas dihati untuk meminta kontaknya untuk melanjutkan percakapan "cin minta kontak WhatsAppnya dong, boleh gak?" ucapku, "boleh lah ran, nih cepet aku udh dipanggil tuh" jawabnya. Dengan kecepatan tangan dewa akupun menyalin nomornya dengan cepat ke handphone ku, diapun pamit dengan mengakhiri obrolan dengan senyuman. Senyuman itu yang terakhir kulihat dengan langsung dari wajahnya, akupun kembali kerombongan ku untuk bergabung mengabadikan photo photo bersama.
"hukum alam memang berkata setiap pertemuan akan berujung perpisahan, namun kita masih mampu membuat pertemuan itu menjadi sangat berkesan, entah kapan kedua matamu akan kembali berhadapan denganku, namun ku yakin kesan pertemuan yang kita rancang diatas puncak tertinggi pulau jawa itu akan menghasilkan doa dan rindu untuk kita kembali bertemu" tulisku kembali dalam buku tentang awal sebuah rindu akan muncul dalam hidupku.
Ada 2 anugerah tuhan yang kudapat ketika aku ada di puncak tertinggi pulau jawa, yang pertama aku menemukan seseorang untuk saling berbagi rindu, kedua aku menyadari anugerah tuhan yang sangat indah hanya bisa terlihat jelas dimataku jika aku mau berjuang untuk mendapatkannya.
Ternyata harapanku berbeda dengan kenyataannya, teman temanku juga sudah mencariku ke atas untuk meminta air minum padaku. Ah sudahlah saat itu kami tahan dahaga kami dan melanjutkan perjalanan, kami bertanya pada pendaki yang sedang turun "mas puncaknya masih jauh?" ucap ku, " itu mas dibalik batu yang besar diatas itu, itu puncaknya, dikit lagi ko. Ayok semangat!" balas seseorang itu. Kamipun memaksa kan diri melanjutkan perjalanan dengan keadaan kehausan, untungnya fisik kami bisa dikatakan masih kuat sehingga masih mampu menahan diri. 20 menit kemudian akhirnya kami sampai di puncak, "arghhhhhhhhh," aku kembali berteriak dengan lebih keras dan kali ini air mataku benar benar jatuh, semua rasa dahagaku hilang seketika melihat pemandangan dari atas PUNCAK ABADI PARA DEWA itu, saat sampai aku langsung bersujud ke arah barat sembari meneteskan air mata.
Kami berphoto ria diatas sana, saat sudah merasa cukup berphoto sayapun kembali mengeluarkan buku diary saya dan kembali menuliskan curahan hati saya "Ketika didunia sana terkagum kagum dengan gedung gedung tinggi yang dibuat oleh manusia, mereka benar benar bodoh!,tidakkah mereka bandingkan gedung gedung tinggi itu dengan gunung gunung ciptaan tuhan?tidakkah mereka berpikir bagaimana gunung gunung itu ditancapka? " tulisku dengan penuh emosi dihati.
Setelah menulis beberapa curahan hati aku kembali teringat dengan cindy yang aku temui dibawah tadi, aku kemudian mencarinya diantara pendaki pendaki lain dipuncak.
Saat mulai mencari, Raga ini tiba tiba terdiam, mata ini terasa tak ingin berhenti memandang, detak jantung pun mulai tidak beraturan. baru saja aku akan mulai mencari ternyata dia ada beberapa meter didepanku dan memanggil namaku "ojee, haii" sapaan nya dari kejauhan , dia menghampiri ku dengan perlahan, dia berjalan perlahan dengan hijab yang tertiup menambah keelokan parasnya. Kami pun bercengkrama menceritakan perjalanan kami masing masing untuk sampai disini, canda tawa muncul dari mulutku dan membuat dia tertawa, makin indah saja dia ketika bahagia. Sayangnya tidak lama saat kami bercengkrama, cindy harus kembali turun bersama kakanya karena memang dia sudah cukup lama berada dipuncak. Kecewa memang kuungkap dalam hati, langsung terlintas dihati untuk meminta kontaknya untuk melanjutkan percakapan "cin minta kontak WhatsAppnya dong, boleh gak?" ucapku, "boleh lah ran, nih cepet aku udh dipanggil tuh" jawabnya. Dengan kecepatan tangan dewa akupun menyalin nomornya dengan cepat ke handphone ku, diapun pamit dengan mengakhiri obrolan dengan senyuman. Senyuman itu yang terakhir kulihat dengan langsung dari wajahnya, akupun kembali kerombongan ku untuk bergabung mengabadikan photo photo bersama.
"hukum alam memang berkata setiap pertemuan akan berujung perpisahan, namun kita masih mampu membuat pertemuan itu menjadi sangat berkesan, entah kapan kedua matamu akan kembali berhadapan denganku, namun ku yakin kesan pertemuan yang kita rancang diatas puncak tertinggi pulau jawa itu akan menghasilkan doa dan rindu untuk kita kembali bertemu" tulisku kembali dalam buku tentang awal sebuah rindu akan muncul dalam hidupku.
Ada 2 anugerah tuhan yang kudapat ketika aku ada di puncak tertinggi pulau jawa, yang pertama aku menemukan seseorang untuk saling berbagi rindu, kedua aku menyadari anugerah tuhan yang sangat indah hanya bisa terlihat jelas dimataku jika aku mau berjuang untuk mendapatkannya.
0 komentar:
Post a Comment